Bisnis.com, JAKARTA - Keinginan wakil rakyat untuk membuka kembali ekspor bijih bauksit menimbulkan pertanyaan tentang komitmen hilirisasi mineral.
Usulan relaksasi ekspor bauksit dikemukakan Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Maman Abdurrahman dalam rapat dengar pendapat dengan Menteri ESDM Arifin Tasrif Senin (8/7/2024). Pembukaan kembali keran ekspor ini disebut untuk menggerakkan perekonomian daerah penghasil bauksit.
Moratorium ekspor bijih bauksit mulai berlaku sejak 10 Juni 2023 setelah Undang-undang No 2/2020 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara disahkan. Sejak saat itu, sekitar 20 izin usaha pertambangan bauksit pemegang RKAB hanya dapat memasok ke smelter dalam negeri.
Selain soal larangan ekspor bauksit, terdapat pula informasi komprehensif yang menjadi pilihan BisnisIndonesia.id pada Rabu (17/7/2024). Di antaranya adalah:
1. Tarik Ulur Larangan Ekspor Bauksit di Tengah Dorongan Penghiliran
Kebijakan moratorium bijih bauksit yang dimulai sejak 10 Juni 2023 seketika menurunkan produksi bauksit Indonesia. Kementerian ESDM mencatat produksi bauksit yang mencapai 27,5 juta ton pada 2020 merosot cukup dalam menjadi tinggal 13,5 juta ton pada 2023.
Penurunan tajam itu disebabkan oleh rendahnya serapan di dalam negeri. Saat ini setidaknya terdapat tiga smelter yang beroperasi dengan kapasitas masing-masing sekitar 2 juta ton per tahun. Ketiganya adalah PT Well Harvest Winning Alumina Refinery, PT Indonesia Chemical Alumina dan PT Bintan Alumina Indonesia.
Terbatasnya serapan di pasar domestik membuat pengusaha mengurangi atau bahkan menghentikan produksi bauksit. Dampaknya, pemutusan hubungan kerja bagi pekerja pertambangan tidak terhindarkan.
2. Niat BRI (BBRI) Tebar Dividen Optimal
Meski tahun ini baru di tengah perjalanan, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. sudah berkomitmen untuk memberikan dividen secara optimal pada 2025.
Bukan hanya pada 2025, Sekretaris Perusahaan BRI Agustya Hendy Bernadi mengatakan bahwa emiten dengan kode saham BBRI ini juga berniat menebar dividen di tahun-tahun berikutnya. Tentunya dengan mempertimbangkan kondisi permodalan yang memadai.
“BRI berkomitmen dalam beberapa tahun ke depan dan dengan mempertimbangkan kondisi permodalan yang memadai, BRI akan memberikan dividen dengan payout ratio yang optimal,” ujarnya kepada Bisnis, Selasa (16/7/2024).
3. 9 Mobil Indonesia Paling Diminati di Luar Negeri
Indonesia merupakan basis produksi sekaligus ekspor bagi beberapa pabrikan mobil dunia. Model yang dikapalkan ke pasar mancanegara tampak semakin beragam. Model siapa paling diminati?
Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) melaporkan, jumlah pabrikan mobil pengekspor pada paruh pertama berjumlah 10 merek, dengan total sebanyak 40 model.
Dibandingkan dengan tahun lalu, jumlah pabrikan pengekspor berkurang 1 merek dengan absennya Hyundai HIM. Namun demikian, dari segi jumlah model yang dikapalkan tersebut ragamnya semakin banyak. Ekspor mobil pada 2023 mencakup 34 model saja.
4. Menunggu Manfaat Kereta Cepat untuk WIKA
PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. mengakui proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung menyumbang rugi bagi perusahaan. Butuh waktu agar proyek strategis nasional tersebut bisa membawa manfaat bagi emiten dengan kode WIKA.
Setidaknya ada dua komponen yang memengaruhi keuangan perseroan. Semuanya adalah tingginya beban bunga dan beban lain-lain yang bengkak karena kerugian PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI).
Melalui PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), PSBI dengan kepemilikan saham 60% membentuk perusahaan patungan antara konsorsium Indonesia dengan konsorsium China. Mereka menjadi pelaksana proyek kereta cepat dengan nama Whoosh tersebut.
5. Serap Rp44,94 Triliun Dana IPO, Siapa Jawaranya?
Sejumlah emiten yang melakukan penawaran saham perdana kepada publik (initial public offering/IPO) sejak 2021 telah membelanjakan dana total Rp44,94 triliun. Namun, salah satu emiten di antaranya telah menyerap seluruhnya dana yang dihimpun dari aksi IPO.
Berdasarkan keterbukaan informasinya, terdapat enam emiten yang menyampaikan realisasi penggunaan dana IPO. Keenam emiten tersebut, yakni PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN), PT Global Digital Niaga Tbk. (BELI) atau Blibli, PT Merdeka Battery Materials Tbk. (MBMA), PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO), PT Bukalapak.com Tbk. (BUKA), dan PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO).
Dari enam emiten tersebut, emiten Prajogo Pangestu, BREN merealisasikan dana IPO sebesar Rp3,08 triliun per 30 Juni 2024 atau total dana IPO yang diperoleh. Direktur dan Corporate Secretary Barito Renewables Energy Merly mengatakan BREN telah melakukan penyetoran modal kepada Barito Wind Energy (BWE) melalui pengambilan bagian saham atas saham baru yang diterbitkan senilai Rp497,38 miliar.